CALIFORNIA - Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa remaja yang
mengalami kekurangan zat besi, lebih berisiko untuk menderita penyakit
yang mempengaruhi otak. Hal ini terutama pada masa setelah dewasa.
Penelitian terhadap hal tersebut dipimpin oleh profesor neurologi Paul
Thompson dari University of California di Los Angeles (UCLA). Kelompok
peneliti tersebut mengukur tingkat transferrin dalam pada beberapa
remaja. Transferrin ini merupakan protein yang mengangkut zat besi
dalam aliran darah, yang nampaknya juga mempengaruhi struktur otak.
Dilansir Softpedia, Selasa (17/1/2012), dalam penelitian tersebut
diperagakan bahwa tinggi rendahnya kadar molekul ini dalam aliran
darah, memicu munculnya perbedaan struktur otak saat remaja tersebut
mencapai usia pra-dewasa.
"Kami menemukan bahwa kesehatan jaringan otak pada orang dewasa
bergantung pada baik tidaknya asupan zat besi di masa remaja," tandas
Thompson.
Salah satu alasan yang menyebabkan hal tersebut adalah kemungkinan
bahwa fungsi otak cenderung bergantung pada zat besi dan protein
pengangkut zat besi. Sementara itu, pada penelitian sebelumnya
peneliti sudah mengasosiasikan asupan zat besi yang rendah dengan
rendahnya perkembangan kognitif anak, sedangkan asupan zat besi yang
berlebihan dapat memicu kerusakan otak di saat dewasa.
Pada pasien-pasien penderita Alzheeimer, Parkinson, dan Huntington,
diketahui bahwa otak mereka menunjukkan kadar zat besi dalam
ketinggian yang abnormal.
"Ini adalah salah satu rahasia terdalam otak. Anda tidak akan menduga
ternyata asupan zat besi dalam makanan bisa berdampak banyak pada otak
di masa remaja kita. Sekarang hal ini menjadi persoalan penting,"
jelasnya. (tyo)
sumber= okezone techno